Friday 11 May 2018

Mendaki Gunung Papandayan Yang Mahal Dan Spektakuler


Haloo Sahabat Archiexfood!! Gimana hari - hari kalian? Kali ini saya mau menceritakan pengelaman saya saat mendaki salah satu gunung yang paling terkenal di Jawa Barat, yaitu Gunung Papandayan. Gunung Papandayan letaknya ada di Kabupaten Garut, Kecamatan Cisurupan. Pendakian kali ini saya tidak sendiri dan ditemani oleh teman saya, Yansen.


TRANSPORTASI

Akses menuju Gunung Papandayan sebenarnya cukup mudah, tetapi cukup menguras uang jika ke sini tanpa kendaraan pribadi. Jika kalian ingin ke sini tanpa kendaraan pribadi, kalian bisa menggunakan transportasi bus malam Primajasa jurusan Cililitan Jakarta - Guntur Garut, atau bus Karunia Bakti jurusan Kp. Rambutan - Singaparna. Dan kali ini saya menggunakan bus Primajasa dari pool Cililitan dengan tiket seharga 52 ribu rupiah. Keberangkatan dimulai pukul 20.00 dengan perjalanan selama kurang lebih 7 jam. Setelah sampai di terminal Guntur Garut pukul 03.00, saya menaiki mini bus jurusan Cikajangdan berhenti di Simpang Cisurupan. Sayangnya mini bus Cikajang ini agak lama ngetemnya dan baru mulai berangkat pukul 04.00. Ongkos mini bus dari Terminal Guntur Menuju Simpang Cisurupan adalah 20ribu rupiah.Perjalanan dari Terminal Guntur Menuju Simpang Cisurupan memakan waktu sekitar 1 setengah jam dan saya tiba di Simpang Cisurupan pukul setengah 6 pagi. Setelah tiba di Simpang Cisurupan, saya menaiki ojek menuju basecamp Papandayan dengan tarif 35ribu rupiah.

ADMINISTRASI

Saat tiba di basecamp, kami harus membayar tiket masuk kawasan Gunung Papandayan seharga 20ribu rupiah (harga weekdays). Kalau kita bernian untuk kemah, kita harus membayar uang tambahan sebesar 35ribu rupiah.

PENDAKIAN 




Akhirnya tepat pukul 07.00, saya dan Yansen memulai pendakian. Kesan pertama, kami cukup beruntung karena Gunung Papandayan hari ini terlihat sepi hanya ada 1 keluarga yang sedang berwisata saat itu. Perjalanan menuju pos 1 cukup mudah dan terbilang landai. Medannya berupa tangga berbatu dengan pemandangan jurang kawah di kiri dan tebing kapur di kanan. Pemandangan di sekitar cukup spektakuler, dengan tebing kapur putih yang megah, dan kawah yang terus mengeluarkan asap belerang yang menjadi hiburan selama pendakian.

Tak lama setelah setengah jam berjalan, kami tiba di pos 1. Di Pos 1 ini terapat 2 buah warung plus bangunan toilet. Di pos 1 ini, kami beristirahat sejenak dengan minuman energen sereal yang kami beli di warung. Setelah beristirahat selama beberapa menit, kami melanjutkan pendakian. Dari pos 1 ini terdapat persimpangan jalan. Jika belok ke kanan maka akan menuju ke pengalengan dan pondok saladah. Sedangkan jika mengambil jalan ke kiri, kita akan langsung sampai ke hutan mati, tetapi medannya lebih menanjak dan melelahkan. Karena kami ingin cepat sampai ke Tegal Alun, maka kami mengambil jalur tercepat yaitu ke arah kiri.



Perjalanan dari pos 1 menuju hutan mati cukup menanjak tetapi masih relatif mudah untuk dilalui. Medannya mirip seperti pendakian Gunung Lawu di Cemoro Sewu tetapi sedikit lebih landai. Perjalanan menuju hutan mati dari pos 1 sudah terdapat pepohonan di sekelilingnya. Selama perjalanan kami menjumpai penduduk lokal yang membawa bahan bangunan. Perjalanan dari pos 1 menuju hutan mati memakan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam, tergantung kondisi fisik, stamina dan kemampuan pendaki.





Setelah 40menit dari pos 2, kami akhirnya sampai di hutan mati. Hutan mati ini adalah spot yang paling terkenal dan terindah di Gunung Papandayan selain kawah dan tegal alun. Dan benar saja, suasana hutan mati ini benar2 keren, luas, dan cocok banget buat jadi spot selfie atau foto2. Selain itu, hutan mati ini merupakan spot terbaik untuk melihat sunrise. Hutan mati ini awalnya adalah hutan rimbun yang hijau, namun sejak letusan Gunung Papandayan tahun 2002 berubah menjadi tanah tandus dengan pohon mati.
Tanjakan Mamang

Saya dan Yansen tidak terlalu banyak berfoto di hutan mati. Dan perjalanan langsung kami lanjutkan ke Tegal Alun. Perjalanan menuju tegal alun awalnya cukup menanjak dan berupa jalan setapak mulai sempit. Di sekeliling jalan menuju tegal alun terdapat vegatasi dan pepohonan yang cukup lebat. Semangkin lama, jalan akan semangkin menanjak dan akhirnya kita sampai di jalur yang paling menanjak yaitu Tanjakan Mamang. Tanjakan ini sangat terjal dengan kemiringan hampri 70 derajat. Tetapi untungnya tanjakan ini cukup pendek dan bisa kami lalui dalam waktu 15 menit. Untungnya saat itu cuaca sedang panas. Karena kalau hujan, jalur menuju Tegal Alun menjadi sangat licin.



Tegal Alun

Phewww akhirnya, setelah melewati tanjakan mamang yang cukup melelahkan, kami sampai juga di Tegal Alun. Tegal Alun adalah bekas kawah Gunung Papandayan yang sekarang menjadi padang bunga edelweis. Konon luas Tegal Alun ini mencapai 80 hektar, lebih luas dari Alun - Alun Surya Kencana. Di sini pemandangannya tak kalah spektakuler dibandingkan hutan mati. Di mana lagi kita bisa menikmati sebuah padang bunga edelweis yang begitu luas dengan udara yang segar?? Tentunya hanya di tempat - tempat tinggi saja kan. Kalau sudah sampai di sini, jangan lupa abadikan momen kalian dengan selfie atau foto, wajib banget!

Sebenarnya, pendakian Gunung Papandayan hanya sampai sini saja. Tetapi kita bisa melanjutkan pendakian menuju puncak dengan syarat ditemani pemandu. Tetapi saya tidak begitu tertarik untuk jalan ke puncak dan memilih untuk tiduran di Tegal Panjang. Sedangkan teman saya Yansen, memilih untuk berjalan ke puncak bersama pemandu.

Gunung Papandayan memang merupakan salah satu gunung yang paling indah. Tetapi sayangnya gunung ini sudah terlalu komersil sehingga harga untuk transportasi, masuk, camping dan makanan di warung - warung sini agak mahal. Tetapi secara keseluruhan, Gunung Papandayan sangat cocok untuk dijadikan pendakian untuk para pendaki pemula. Nahh berikut saya akan bagikan tips dan info.


  1. Perjalanan dari Simpang Cisurupan menuju Basecamp bisa menggunakan ojek seharga 35 ribu. Jika ingin lebih murah, bisa menggunakan mobil pickup dengan tarif 20ribu, tetapi dengan syarat harus berjumlah 10 orang. Jadi kalau personil kalian kurang dari 10, mending bersabar saja sampai mendapat barengan.
  2. Bawalah makanan secukupnya, supaya tidak telalu banyak membeli makanan di warung di pos saladah. Karena harga makanan di warung pos cukup mahal. Kalau gak salah aqua botol bisa mencapai 7 ribu, lalu pop mie bisa mencapai belasan ribu.
  3. Jagalah kebersihan terutama saat kemah di Pos Salada. Karena kalau banyak sampah makanan bisa mengundang babi hutan ke tenda kalian.
  4. Spot terbaik untuk melihat sunrise/matahari terbit adalah di hutan mati atau di kawah. Karena Tegal Alun tempatnya dikelilingi puncak gunung, sehingga tidak bisa melihat sunset atau sunrise.


Nahh, bagaimana menurut kalian cerita pendakian saya ini. Apakah cerita saya di Gunung Papandayan akan berakhir di sini?? Tentu tidak, karena pada cerita berikutnya, saya akan menceritakan pengalaman saya dari Tegal alun menuju Tegal Panjang yang merupakan surga tersembunyi di Gunung Papandayan.


No comments:

Post a Comment