Thursday, 12 October 2017

Serunya Solo Hiking Gunung Lawu Via Cemoro Sewu


Helooo sahabat archiexfood! Gimana? sudah baca postingan sebelumya belum tentang perjalanan menuju Tawamangu? Kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman saya dari Tawamangu menuju puncak Gunung Lawu.

Di postingan sebelumnya, saya sudah menceritakan bagaimana akses dan transportasi dari Kota Solo ke Tawamangu. Dan di Tawamangu ini saya bermalam sehari di rumah Ibu Sri. Dari Rumah Ibu Sri, saya diantarkan oleh anaknya menuju ke Cemorosewu pukul 06.00 pagi. Pada pagi itu cuaca sangat cerah tetapi suhu udara tetap dingin. Setelah membereskan barang dan memakai baju 2 lapis puls jacket, saya bersama Mas Restu anaknya Bu Sri. Tak lupa saya berpamitan dengan Bu Sri dan mengucapkan terima kasih sebanyak - banyaknya kepada beliau yang telah membantu saya.

AND MY JOURNEY BEGIN....

Perjalanan saya pun dimulai, saya diantar oleh Mas Restu menuju Cemoro Sewu dengan motornya. Dari rumah Bu Sri menuju Cemoro berjarak sekitar 2km. Dari Tawamangu menuju Cemoro sewu jalannya semangkin menanjak dan udara semakin dingin. Tetapi pemandangan di sekeliling jalan tampak indah dan menawan. Pukul 07.00 saya tiba di Basecamp Cemoro Sewu. Sebelum memasuki basecamp tentunya saya berterima kasih kepada Mas Restu yang telah mengantarkan saya. 




Di Basecamp Cemoro Sewu masih tampak sepi dan parkirannya hanya ada beberapa motor. Saat masuk ke dalam pos pendaftaran, saya bertemu dengan pendaki asal Bekasi yang bermalam, dan 2 orang bapak - bapak paruh baya yang sedang mendaftar. Bapak2 tersebut berasal dari Kudus dan Pati, dan mereka bertanya kepada saya, "mau naik gunung mas?" Lalu saya menjawab " Iya pak", Lalu  beliau bertanya lagi "Temennya mana mas mas? Sendirian?" Lalu saya respon "Iya pak, saya hanya sendirian". Setelah itu bapak tersebut merespon "Ohh sendirian, kalau begitu nanti bareng kami saja mas ke puncaknya". Dengan senang hati saya menjawab " Ohhhh boleh pak, boleh! kebetulan saya baru pertama kali ke sini dan gak tahu medannya." Setelah sedikit berbincang kami berkenalan, ahhh tapi sekarang saya lupa namanya.

Di basecamp ini, kita harus meninggalkan KTP dan membayar tiket masuk gunung lawu seharga 15 ribu rupiah. Oh ya, saya sempat berbincang sedikit denga pendaki yang berasal dari Bekasi. Para pendaki dari Bekasi ini baru saja usai menuruni gunung dari jam 24.00 dan baru sampai basecamp jam 6.30. Dan mereka bilang semalam di puncak hujan deras, jadi tidak memungkinkan untuk memasang tenda. Dari perkataan mereka, berarti kemungkinan saya sampai di puncak pukul 14.00. Setelah membayar tiket dan meninggalkan KTP, tepat pukul 07.30, saya bersama kedua bapak tadi langsung bergegas menuju gerbang dan masuk ke dalam. Dan akhirnyaaaa, pendakian pertama dalam hidup saya dimulai, Bissmillah...Ya Allah.

BASECAMP - POS 1

Awal masuk ke gerbang pendakian, suasana masih berupa hutan pinus. Dan jalanan yang saya lalui belum terlalu menanjak. Cuaca pada pagi hari masih agak cerah dan Gunung Lawu yang begitu megah, tinggi dan gagah perkasa masih terlihat jelas di depan. Bapak2 yang mendagi gunung bersama saya bercerita kalau mereka sudah mendaki Gunung Lawu sebanyak 5 kali. Mereka juga bercerita kalau Gunung Lawu adalah gunung yang paling aman, tidak ada binatang buas sama sekali. Selama mendaki kami mengobrol banyak, tentang pekerjaan sehari - hari, tempat tinggal, daerah asal, dan lain - lain. Selama 45 menit kami berjalan dengan jalan yang semakin menanjak, kami menemukan pos bayangan dan memutuskan untuk beristirahat sebentar selama beberapa menit.







Pos Bayangan

Selama beristirahat, kami bertemu dengan para pendaki yang kelihatannya merupakan penghuni atau yang tinggal menetap di gunung. Karena terlihat dari barang - barang yang di bawa mereka merupakan bahan - bahan makanan dan piring - piring. Setelah beristirahat, kami melanjutkan pendakian menuju ke pos 1. Dari pos bayangan menuju ke pos 1 jalannya masih belum terlalu menanjak, dan saya jalannya santai saja. Naik gunung itu bukan untuk balapan, tapi untuk pengalaman dan dinikmati perjalanannya, betul tidak?? Jarak antara pos bayangan dengan pos 1 tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 20 menit. Dan sekitar pukul 9.00, saya tiba di pos 1. 





Pos 1 terdapat 2 bangunan warung semi permanen dan bangunan permanen yang bisa memuat sekitar 3 hingga 4 tenda. Di pos 1 ini saya bersama bapak pendaki, hanya membeli 2 botol aqua tanpa beristirahat. Jadi kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 2.

POS 1 - POS 2

Setelah melewati pos 1, kami langsung dihadapkan dengan tanjakan yang sedikit lebih curam. Berdsarkan info dan pengalaman saya sendiri, perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 adalah perjalanan yang memakan waktu paling lama. Jalan yang kami lalui berupa batu tanam dengan pemandangan berupa hutan yang sedikit tandus. Pohon - pohon tanpa daun, dan tanah yang berbatu merupakan pemandangan sekitar kami. Bagi saya pemandangan jalur ini sama sekali gak begitu indah. Saya sempat mendengar kalau beberapa waktu lalu Gunung Lawu ini pernah terjadi kebakaran hutan, mungkin hal itu yang membuat daerah yang kami lalui menjadi kering dan tidak hijau.

Kami terus berjalan, rasa lelah mulai terasa di tengah perjalanan menuju pos 2. Saya terus menerus meminum air sambil bersitirahat sebentar, tetapi saya harus tetap menghemat air untuk jaga2 kedepannya. Untungnya bapak - bapak rekan pendaki saya juga mendaki secara santai. Mereka juga tak keberatan untuk menunggu saya beristirahat. Sekitar pukul 11.00, akhirnya kami sampai di pos 2.




Di pos 2 terdapat sebuah warung yang bisa dijadikan tempat bermalam. Di warung ini juga menjual aneka perbekalan untuk pendakian. Di sebelah warung terdapat bangunan yang bisa digunakan untuk tempat mendirikan tenda. Selain itu, di depan warung terdapat tanah lapang yang cukup luas yang juga bisa digunakan mendirikan tenda. Di pos 2 ini kami beristirahat cukup lama yaitu sekitar setengah jam. Di sini saya memakan bekal ubi rebus pemberian Ibu Sri 4 potong untuk mempersiapkan stamina di perjalanan berikutnya.

POS 2 - POS 3

Setelah beristirahat selama setengah jam, saya bersama bapak2 tadi melanjutkan pendakian menuju pos 3. Dari sini perjalanan akan lebih menanjak dan lebih berat dari sebelumnya. Walaupun lebih menanjak, bagi saya tidak pendakian dari Pos 2 ke Pos 3 tidak seberat perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2, karena kami berjalan agak santai. 

Ada beberapa hal yang membuat saya kesal di sini yaitu batu - batu besar yang saya lihat di sepanjang jalur pendakian banyak yang di corat - coret oleh orang - orang yang bagi saya gak beretika, bodoh dan gak bisa mikir. Bahkan ada yang menggunakan cat semprot untuk membuat tulisan di batu. Kenapa mereka gak bisa mikir ya?





Setelah berjalan menanjak selama 1 jam, akhirnya kami sampai di Pos 3. Di pos 3 ini tidak terdapat warung, tetapi hanya ada bangunan seperti di pos - pos sebelumnya yang bisa digunakan tempat tenda. Kondisi di Pos 3 ini agak kurang nyaman, karena banyak sampah. Karena kemarin malam hujan deras, pasti banyak pendaki yang mendirikan tenda di sini. Dan para pendaki juga membuang sampah di sekitar sini. Waduhh kurang bisa menjaga kebersihan. Sayang sekali gunung seindah ini jadi rusak karena sampah dan coret2an.

POS 3 - POS 4

Setelah sampai di pos 3 sekitar jam 12.30, saya berpisah dengan bapak - bapak pendaki tadi dan memutuskan untuk langsung melanjutkan pendakian ke pos 4. Bapak - bapak yang bersama saya tadi memutuskan untuk beristirahat dulu di pos 3. Saya tidak ingin bersitirahat di pos 3 karena tempatnya yang kotor, dannn kali ini, saya benar - benar menjadi seorang solo hiking. Perjalanan menuju ke pos 4 adalah perjalanan yang paling berat. Tanjakan yang saya lalui semakin curam dan kabut mulai menutupi cuaca pendakian. Seperti biasa, saya sebagai pendaki pemula berjalan secara santai, perlahan - lahan tapi pasti. Setelah berjalan sekitar setengah jam, saya menemukan pagar besi di pinggir jalan pendakian. Pagar besi ini merupakan tanda kalau kita sudah dekat dengan pos 4. Pagar besi ini sangat membantu saya dalam pendakian menuju pos 4. Setelah berjalan menanjak selama 1 setengah jam, saya memutuskan berhenti sejenak dengan duduk di batu besar.

Saat beristirahat, saya betemu lagi dengan bapak2 yang mendaki bersama saya dari pos 1. Mereka mengajak saya untuk berjalan lagi bersama - sama. Tetapi sayangnya kondisi fisik saya masih terlalu lelah untuk melanjutkan pendakian, sehingga saya mempersilahkan mereka untuk berjalan duluan. Setelah itu saya berpapasan lagi dengan 3 orang pendaki yang usianya mungkin di bawah saya sedikit. Mereka menyapa saya, saya pun membalas sapaan mereka dan mempersilahkan mereka untuk berjalan duluan. Setelah beristirahat selama setengah jam, tubuh kembali segar, saya melanjutkan pendakian saya menuju pos 4. Hanya dalam waktu 15 menit saya sampai di pos 4.




Di pos 4 ini hanya berpua tanah kosong yang cukup untuk mendirikan tenda sekitar 4 sampai 5. 

POS 4 - POS 5

Setelah melewati pos 4, perjalanan menuju pos 5 awalnya masih sangat menanjak. Tanjakan curam akan berakhir setelah berjalan selama 15 menit. Setelah itu tanjakan curam akan berakhir, heeehhhh akhirnyaaa, usai juga perjuangan terberat saya. Setelah tanjakan berakhir, saya tiba di sebuah warung dan memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang. Di warung ini saya kembali bertemu dengan 3 orang rombongan pendaki yang sebelumnya bertemu di perjalanan Pos 4. Sambil makan siang, saya mengobrol dan berkenalan dengan mereka. Rombongan ini terdiri dari 3 orang mahasiswa yang berasal dari Surabaya. Mereka bernama Azam, Thoriq dan Nico. Setelah berkenalan dan mengobrol beberapa menit, saya memutuskan untuk langsung jalan ke pos 5.


 Kawah Lawu




Perjalanan dari warung menuju pos 5 atau hargo dalem tidak seberat perjalanan sebelumnya. Dimana jalan menuju pos 5 cukup landai tetapi masih berupa bebatuan. Pemandangan menuju pos 5 cukup mengesankan. Di tengah - tengah jalan menuju pos 5 saya bisa melihat kawah Gunung Lawu. Pemandangan sekeliling bukan lagi berupa hutan melainkan sebuah padang sabana. Di tengah perjalanan menuju pos 5 juga terdapat sumber air sendang drajat yang katanya memiliki kandungan mineral yang tinggi.

BERMALAM DI POS 5

Setelah berjalan selama setengah jam, akhirnya saya tiba di pos 5 Hargo dalem. Di pos 5 ini sudah terdapat banyak warung, tapi yang paling populer adalah Warung Mbok Yem. Warung Mbok Yem merupakan warung yang tertinggi di Pulau Jawa yang berdiri di atas ketinggian 3150m. Di warung ini kita bisa bermalam gratis, jadi buat para pendaki yang tidak membawa tenda tidak perlu khawatir. Saat itu waktu menunjukan pukul 15.00, dan saya memutuskan untuk bermalam di warung ini lalu pergi ke puncak besok subuh.

Sekitar pukul 16.00 saya bertemu lagi dengan 3 pendaki mahasiswa dari Surabaya. Mereka memiliki rencana yang saya dengan saya yaitu bermalam di warung lalu pergi ke puncak besok subuh untuk melihat sunrise. Mereka mengajak saya untuk berkeliling sekitar Hargo Dalem dan padang sabana di sekitar puncak. Pemandangan di sekitar hargo dalem sunggung menawan, di sini terdapat hamparan padang sabana dan rumah botol. Sayangnya, pada sore itu cuaca sedang berkabut, padahal kalau cerah kita bisa ke puncak sambil melihat sunset.


 Padang Sabana

 Padang Sabana

 Rumah Botol

Padang Sabana

Saat kembali ke warung Mbok Yem, saya bertemu lagi dengan 2 pendaki asal Bogor, mereka bernama Yansen dan Yudhi. Kami berkenalan dan mengobrol banyak, Alhamdullilah, pendakian kali ini memberikan teman baru, dan seorang pendaki sendirian tidak benar benar sendiri, pasti di jalan akan bertemu dengan orang yang ramah dan peduli dengan sesama. Saya mengajak mereka untuk bergabung dengan saya besoknya untuk pergi ke puncak hargo dumilah besok subuh.

Sekitar pukul 8 malam, udara dingin mulai terasa hingga ke tulang. Perlu kalian tahu bahwa Gunung Lawu merupakan gunung yang paling dingin di Pulau Jawa, dengan temperature yang bisa mencapai 0 derajat. Dan memang benar kalau di sini sangat dingin. Apalagi semalam saya susah tidur karena menggigil saking dinginnya, dan parahnya saya tidak bawa sleeping bag. Waduhhh dingin buaangeettt saat itu. Saya mengakalinya dengan memakai baju lagi hingga 4 lapis, celana 3 lapis dan kaos kaki 3 lapis, selimut sarung 2 buah dan akhirnya badan udah gak terlalu kedinginan dan bisa tidur nyenyak dehhh.

MENUJU PUNCAK HARGO DUMILAH

Sekitar pukul 04.30 Jumat Pagi, saya bangun dan sholat subuh di tengah dinginnya udara malam menjelang pagi. Tapi udara saat itu tidak sedingin saat malam tadi. Para pendaki yang menjadi teman baru saya Thoriq, Yansen, dkk juga sudah bangun dan kami ber enam bersiap untuk menuju ke puncak Hargo Dumilah sebelum sunrise.

Perjalanan menuju ke puncak sebenarnya tidak terlalu curam, tetapi jalannya agak licin dan berupa tanah, sehingga lebih rawan tergelincir. Sayangnya saat itu saya juga salah memakai sepatu, jadinya yahhh tergelincir dehh walau hanya sekali. Setelah mendaki selama hampir setengah jam. Saya akhirnya tiba di Puncak Hargo Dumilah yang ditandai dengan sebuah tugu. Setelah pukul 05.40, matahari terbit dengan mengesankan dari arah timur. Pemandangan sekitar juga mulai terlihat, dan pemandangannya sangaatt menakjubkan. Saya serasa seperti di pulau dengan lautan awan. Di sebelah barat, kita bisa melihat Gunung Merapi dan Merbabu dari kejauhan.








"Alhamdullilah Ya Allah Tuhanku, berkat engkau hamba bisa melihat dan menikmati ciptaan-Mu yang luar biasa ini. Terima kasih Ya Allah."

Terus terang saya cukup bangga dan bersyukur, sebagai seorang pendaki yang tidak ada pengalaman mendaki, bisa menaklukan Gunung yang maha megah ini. Tapi dalam mendaki, yang kita taklukan bukanlah gunung, melainkan diri kita sendiri. Dalam mendaki kita harus membunuh sifat mudah menyerah, sifat manja, dan nafsu.






Saya, Yudhi & Yansen

Dari kiri, Yudhi, Yansen, Saya, Thoriq, Azam, Nico

Di tempat ini, tentu saja saya wajib untuk mengabadikannya dengan beberapa foto. Dan saya juga mengajak para pendaki barengan untuk foto bersama.

WAKTUNYA TURUN GUNUNG

Setelah puas menikmati pemandangan saya bersama Thoriq, Yansen, dkk kembali ke hargo dalem untuk sarapan pagi. Di warung Mbok Yem saya sarapan nasi pecel telur ceplok dengan susu coklat panas bersama kawan - kawan baru saya. Sarapan kali ini sangaattt istimewa. Sarapan pecel enak ditambah pemandangan yang spektakuler gimana gak mengesankan coba??




Setelah sarapan, saya langsung membereskan barang - barang dan berpamitan dengan kawan - kawan pendaki Thoriq, Yansen, Yudhi, Nico, Azam yang telah menjadi teman baru saya. Penurunan gunung saya dimulai pukul 07.30. Penurunan kali ini saya harus ekstra hati - hati, karena saya sudah membayangkan medan yang saya lalui nanti. Dan Alhamdullilah setelah melewati pos 4, pos 3, pos 2 tidak mengalami kendala. Tetapi saat menuju pos 1, sebuah kecelakaan kecil menimpa saya. Saat turun, kaki saya menginjak batu, dan tiba2 batu yang saya injak rubuh. Akibatnya saya ikut terjatuh, dan kaki kiri saya terkilir. Walaupun sakitnya tidak seberapa, tetapi kondisi seperti ini sangat menghambat perjalanan. Jadinya saya berjalan dengan sangat pelan menuju pos 1 dan memutuskan untuk beristirahat sebentar di warung.

Di pos 1 saya ketiduran selama 1 jam, dan saat itu waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Saya langsung bergegas menuju basecamp. Selama perjalanan menuju pos 1 saya beberapa kali bertemu dan menyapa rombongan yang melakukan pendakian. Hari itu cukup rama yang mendaki, banyak sekali rombongan yang saya jumpai, bahkan saya bertemu dengan Perempuan yang melakukan solo hiking seperti saya, wow! Sekitar pukul 3 sore, saya kahirnya tiba di basecamp Cemoro Sewu.

BASECAMP - TAWAMANGU

Setelah mengambil ktp di basecamp, saya mencari angkutan untuk menuju ke Tawamangu. Dari basecamp menuju ke Tawamangu, kita bisa menumpang truk, atau naik mobil angkutan berwarna putih. Ongkos mobil angkutan ini seharga 15ribu rupiah per orang. Tetapi karena saya penumpang seorang diri, saya boleh membayar hanya 10 ribu rupiah. Oh ya, saya sempat berkenalan dengan sopir mobil, beliau bernama Pak Man. Beliau merupakan warga asli Tawamangu. Pak Man, sempat menanyakan tujuan saya. setelah tahu kalau saya ingin ke Solo, beliau menyarankan untuk mencari truk tumpangan ke Solo, karena bus jurusan Tawamangu - Solo hanya sampai jam 3 sore.

Tetapi setelah saya pikir, agak percuma juga kalau saya langsung ke Solo. Toh saya juga baru dapat tiket kereta hari Sabtu malam. Kebetulan saat Ibu Sri menghubungi saya, menanyakan keadaan saya, dan beliau juga menyarankan kalau kemaleman lebih baik menginap di rumahnya lagi. Sayapun menerima sarannya dan memutuskan untuk menginap semalam lagi dan pulang ke Jakarta besok paginya.

Nahh sekian dari cerita pengalaman solo hiking saya, bagaimana menurut kalian? Cukup seru tidak??? Bagi saya ini salah satu pengalaman travelling terseru saya. Travelling kali ini saya mendapatkan pengalaman baru, teman baru bahkan keluarga baru. Alhamdullilah pendakian pertama saya kali ini berjalan lancar. Dan buat kalian yang juga ingin mendaki gunung, jangan lupa persiapkan semuanya dengan matang, dari segi peralatan, keuangan dan juga fisik.

2 comments:

  1. Waah,jadi terinspirasi nih mas buat ber solo hiking ke lawu,btw klo boleh tau perbekalan agak sedikit ya mas karna gak pasang tenda dan ada warung gitu. .??!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh dicoba solo hiking asalkan persiapannya bener2 mateng ya. Ya, saya perbekalannya agak sedikit, karena jalur Gunung Lawu khususnya jalur cemoro sewu terdapat warung yang bisa jadi tempat menginap dan membeli makan

      Delete