Monday 11 September 2017

Solo Travelling Ke Kampung Naga

Helloo sahabat Archiexfood, Kali ini saya mau sharing tentang pengalaman saya waktu ngebolang sendirian ke Kampung Naga.


Saya mengunjungi Kampung Naga karena ingin mencari suasana baru, yahh bisa dibilang sumpek dengan suasana Jakarta yang padat, macet dimana2, udara kurang bersih dan lumayan bising. Sebelum melakukan perjalanan ke Kampung Naga, saya terlebih dahulu mencari referensi dan tips2 dari blogger2 yang pernah melakukan travelling ke sana. Setelah baca sekian artikel dan mendapatkan referensi, saya memutuskan untuk ke Kampung Naga pada hari Senin tanggal 9 Januari 2017. Alasan saya memilih hari Senin adalah :

- Untuk menghindari macet di perjalanan, dan juga gak pingin penuh2an di bus. Biasanya kalau hari biasa perjalanan dari Jakarta menuju Garut akan lebih lancar, karena jumlah orang2 yang berlibur lebih sedikit dibanding hari weekend.

- Alasan ke 2 adalah, saya ingin di Kampung Naga nanti pengunjungnya tidak terlalu banyak. Bagi saya, tempat wisata alam dan pedesaan akan lebih enak dan lebih merasa damai kalau pengunjungnya tidak banyak. Dan juga, kalau tempat wisatanya sepi, kita bisa berfoto2 di tempat sepuasnya tanpa terganggu dengan pengunjung lain.

Ohh ya, awalnya saya juga, mengajak beberapa teman kampus untuk ikut pergi bersama dengan saya. Tapi sayangnya mereka terkendala dengan alasan, yahh bisa dibilang kurang suka ngebolang, gak suka jalan kaki, mager, dll. Yasudahlahh, akhirnya saya pergi sendiri saja karena udah punya tekad bulat ingin travelling.

TIBA WAKTUNYA

Nahh, akhirnya datang juga di hari yang saya rencanakan untuk pergi ke Kampung Naga, yaitu tanggal 9 Januari. Dalam travelling ini saya hanya membawa ransel yang berisi 1 baju dan celana ganti, payung, bekal, charger handphone, powerbank, sendal dan handuk. Dari rumah saya berangkat jam 6.00 pagi menuju Terminal Kampung Rambutan. Untuk menuju Kampung Rambutan saya menaiki kopaja 57 jurusan Blok M - Kp. Rambutan. Sekitar jam 6.50 saya tiba di Lampu merah Jembatan Pasar Rebo. Saya sengaja memilih untuk berhenti di Pasar Rebo karena semua bus dari Terminal melewati tempat itu. Dan kalau naik bus di Jalan Pasar Rebo, biasanya bus akan langsung jalan menuju gerbang tol dan gak ngetem2 lagi. Dan Akhirnya setelah menunggu selama 15 menit, Bus Karunia Bhakti melintas dan saya langsung menaiki Bus. Tarif naik bus ini seharga 65 ribu rupiah, dan saya meminta Kondektur untuk menurunkan saya di Gerbang Kampung Naga.

AND MY JOURNEY BEGIN....

Akhirnyaa, perjalanan saya dimulai. Seneng itu pasti, dan saya tetap berdoa supaya saya selamat dalam perjalanan dan perjalanan saya lancar sampai akhir. Alhamdullilah awal perjalanan saya bisa dibilang lancar dan sesuai dengan rencana.Sayangnya bus yang saya tumpangi lumayan penuh. Walaupun dapat tempat duduk, tapi duduknya gak di dekat jendela. Yahh dapet tempat duduk juga  udah Alhamdullilah. 


Rute Bus kali ini agak berbeda dari biasanya. Biasanya bus yang saya tumpangin ini melewati Tol Cipularang. Tapi kali ini Bus malah masuk ke Tol Jagorawi dan keluar di Gerbang Tol Cibubur. Saya sedikit panik karena takut kemaleman disananya. Akhirnya saya sedikit bertanya2 ke kondektur, 
"kok gak lewat Cipularang mas? Padahal kan jauh lebih cepat dibanding lewat jalan biasa". 
Terus dijawab sama kondekturnya, "Iya mas, sekarang bus lagi gak bisa lewat sana, soalnya Jembatan Cisomang lagi Bergeser". 
Owalahhh ternyata itu toh alasannya. Yasudahlahh, semoga sampai sana gak malem dan jalanan lancar. Tapi saya juga ada perasaan senang, kenapa senang? Karena kalau bus ini keluar Tol Cibubur, berarti bus ini menuju Garut melewati Jongol, Cianjur. Jalan Jongol - Cianjur adalah jalan yang sama sekali belum pernah saya lewati dari lahir sampai sekarang, sehingga selalu penasaran dengan suasana jalan di sana seperti apa, pemandangannya bagaimana. Dan ternyata, jalan via Jonggol - Cianjur pemandangannya lumayan mengesankan. Jalannya berliku2 dengan pemandangan hamparan sawah hijau yang dibelah denga Sungai Cibeet, dan dibelakangnya terdapat pegunungan Sanggabuana. Rasa penasaran saya pada jalan ini terbayar puas. 
Maaf yaa gak sempat foto perjalanan di sini, karena lupa, hahahaha.

Perjalanan saya berlanjut ke Cianjur, Padalarang, dan akhirnya masuk ke Tol Cileunyi pukul 12.00 siang. Perjalanan bus sempat mengalami kemacetan parah di pertigaan Padalarang. Setelah keluar dari Tol Cileunyi, perjalanan berlanjut ke Nagrek dan menuju Garut. Perjalanan menuju Garut juga menyugguhkan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan seperti sawah2 dan deretan peggunungan yang mengelilingi Kabupaten Garut, ditambah cuacanya yang cerah cukup meningkatkan mood saya. Gak heran kalau Garut dijuluki Swiss Van Java. Setelah sampai Garut, Bus menghentikan perjalanan sementara di Terminal Garut pukul 13.30 siang. Di Terminal Garut, mulai banyak penumpang yang turun. Yesss!!! Akhirnya bus jadi lebih lenggang dan saya bisa sedikit selonjoran. Walaupun di sini juga banyak penumpang yang naik, jumlah penumpangnya tetap lebih sedikit dari jumlah awal. Tapi di terminal ini juga banyak pedagang2 yang masuk ke bus. Dan ada pedagang dodol yang ngotot banget jualannya. Pedagang itu maksa2 saya terus untuk beli dodolnya, 
"Kang beli dodolnya kang 10 ribu aja", "Kang enak kang ini dodolnya", "Ayo kang, 10 ribu aja murah", "Ini enak a' dijamin legit, puas", "Ayo aa' beli atuh", 
Begituuu teruss, tapi saya tolak terus secara halus walaupun sedikit kesal gara ngotot banget jualannya. Akhirnya setelah hampir setengah jam dia nawarin dodol akhirnya dia turun juga dehh, phew! Lalu setelah ngetem selama 40 menit di Terminal Garut, bus melanjutkan perjalanannya menuju Singaparna. Dan saat itu, saya terus memperhatikan sekeliling jalan, supaya tidak kelewatan.

TIBA DI KAMPUNG NAGA




Pas jam 15.10, saya di dalam bus melihat sebuah gerbang bambu beratap ijuk yang di dalamnya terdapat parkir luas. Nahhh! Itu Dia! gak salah lagi itu pasti gerbang Kampung Naga, sontak saya langsung minta Kondektur untuk memberhentikan Busnya, "kiri bang, Kampung Naga Bang!" Setelah berhenti, saya langsung jalan ke dalam gerbang. Wuahh, seneng banget rasanya pas sampai sini, udaranya seger, tenang dan gak bising. Pas masuk gerbang, saya lihat tempat ini masih sepi dan pengunjungnya bisa dibilang sedikit. Bagus dehh, kalau sepi malah lebih enak. Setelah kita masih gerbang, kita akan lihat semacam sculpture, parkir yang cukup luas dan pinggirannya ada pertokoan2. Saya juga melihat beberapa peduduk lokal di sekitar sini yang katanya bisa jadi pemandu kita. Berdasarkan blog2 yang saya baca, biasanya para Pemandu langsung menawarkan diri ke pengunjung untuk menjadi guide. Tapi kali ini saya lihat kayaknya mereka lagi pada mager gitu, mungkin gara2 lagi sepi kali yaa.

Oke dan akhirnya saya memutuskan untuk mencoba masuk ke Kampung Naga tanpa guide, toh para wisatawan lain juga langsung masuk aja tanpa guide. Untuk memasuki Kampung Naga kita harus melewati turunan tangga yang jumlah anak tangganya bisa mencapai ratusan. Seterlah menuruni tangga, kita akan melewati jalan setapak yang membelah hamparan sawah dan sungai Cibulan. Di seberang Sungai Cibulan terdapat hutan terlarang. Hutan larangan ini menjadi salah satu tempat yang tidak boleh dikunjungi. Saya sangat terkesan dengan pemandangan yang saya lihat setelah menuruni tangga. Susasana daerah itu sangat asri, sejuk dan saaanggaatt tenang.



                                                                                                                                                                



Nahh seperti yang teman2 lihat di atas, keren banget kan pemandangannya?? Pemandangan di atas benar2 sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik2. Penelusuran saya lanjutkan ke arah pemukiman Kampung Naga sambil menikmati pemandangan sekitar. Setelah menuruni anak tangga, kita harus berjalan melalui jalan setapak menuju pemukiman Kampung Naga sekitar 100 atau 200m. Jalan setapak ini bersebelahan langsung dengan Sungai Cibulan. Setelah menelusuri jalan setapak, saya tiba di pemukiman Kampung Naga. Saat mulai masuk, kita akan melihat sebuah lapangan yang cukup besar yang dikelilingi rumah penduduk. Selain itu, di depan lapangan terdpat Masjid yang bangunannya paling besar di sini. Secara keselurujan, bentuk, bahan dan fasad bangunan di sini semuanya sama. Semua bangunan di sini berdinding kayu dan beratap ijuk. Di ujung atap bangunan terdapat kayu menyilang yang dinamakan caping gunting.




 
 Karena waktunya udah sekitar jam 16.00 sore, saya memutuskan untuk sholat ashar dulu di Masjid. Dengan sholat di Masjid ini, saya juga jadi bisa tahu bagaimana interior bangunan di sini. Bangunan masjid ini memiliki lantai kayu, dan di dalamnya cukup luas. Pola ruangannya hampir sama dengan masjid2 lainnya. Bangunan ini bahan2nya sangat alami dan tradisional banget, tapi rasanya ademmm dan nyamaaannn banget. Beda dengan masjid2 modern yang biasa saya kunjungi.


Bangunan Masjid



interior masjid

Setelah beristirahan sejenak di Masjid, saya melanjutkan rereasi saya dengan berkeliling di pemukiman Kampung Naga. Selain melihat bangunan – bangunannya, saya juga melihat aktivitas masyarakat di sini. Aktivitas masyarakat di sini tidak jauh berbeda dengan aktivitas di kampung2 lainnya. Antara penghuni rumah dengan penghuni sebelahnya terlihat begitu terbuka dan akrab. Anak – anak di sini juga terlihat akrab. Mereka begitu asik bermain bola di lapangan terbuka, tengah pemukiman. Saya juga sempat berbincang dengan seorang ibu2 yang merupakan warga lokal di sini. Ibu ini memiliki warung kecil di rumahnya. Beliau tinggal di sini bersama suaminya dan suaminya bekerja sebagai petani di sawah dekat kampung ini. Si ibu ini bilang kalau saya datang di hari yang tepat, karena pada hari kerja seperti ini Kampung Naga sepi dari turis. Ibu ini lalu bertanya dengan saya, darimana, sedang apa ke sini. Saya menjawab dari Jakarta dan ke sini dalam rangka liburan. Setelah kami mengobrol singkat, saya membeli sebotol Aqua dari warung Ibu ini dan berpamitan untuk melanjutkan rekreasi. Tapi sayang sekali, saya lupa berkenalan dan menanyakan nama ibu ini. Padahal ibu ini sudah ramah, lembut dan murah senyum pula, yasudah deh.






Penjelajahan saya lanjutkan ke arah barat pemukiman. Di area sini saya mendengar alunan musik yang sepertinya beasal dari musik bambu. Saya mencari arah sumber suara itu dan akhirnya saya menemukan rombongan turis lokal dan seorang Bapak – bapak paruh baya yang memainkan musik dari bambu. Saya tidak tahu itu alat musik apa, tapi suara yang di hasilkan musik itu terasa jernih, dan unik. Setelah browsing lewat google, ternyata nama alat musik itu adalah celempung. Kalau saya gak ke Kampung Naga, mungkin saya tidak akan tahu kalau alat musik ini benar2 ada. Lalu di hadapan saya dan para rombongan turis, Bapak ini memainkan celempung sambil menyanyi lagu Tradisional Sunda. Kedengarannya asiikk banget, sudah suaranya bagus,  ditambah suara alat musiknya yang unik, pokonya asik deh. Setelah asik mendengar nyayian bapak tadi, saya membeli sebuah gantungan kunci di toko dekat masjid.

TIME TO GO HOME

Setelah kurang lebih selama 2 jam berkeliling di Kampung Naga, saya memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Saya meninggalkan Kampung Naga sekitar jam 17.00 sore. Untuk menuju gerbanng, saya harus menaiki anak tangga yang saya lewati tadi. Menaiki tangga ini amat sangat melelahkan. Saking lelahnya nafas saya terasa berat, muka saya sampai merah. Saya terus menaiki tangga sambil minum aqua untuk meringankan nafas. Setelah sampai atas, saya duduk sejenak di Tugu untuk menghilangkan lelah setelah naik anak tangga tadi. Setelah beristirahat, saya melanjutkan perjalanan ke depan gerbang untuk mencari angkutan ke Garut. Tiba2 saat itu hujan turun dengan deras dan saya berlari menuju warung di depan gerbang. Sambil berteduh saya membeli kopi panas dan bertanya angkutan menuju Jakarta. Ibu pemilik warung ini menyarankan saya untuk tidak naik bis di Garut karena di sana bisa tidak kebagian kursi. Dan sebaiknya menunggu di warung saja karena Bus Karunia Bhakti arah Jakarta akan lewat persis di Jalan raya depan warung. Saya mengikuti saran Ibu itu dan menunggu bus di warung. Ternyata benar, gak sampai 30 menit Bus Kharunia Bhakti melintas di jalan depan warung. Sontak saya langsung mecegat bus dibantu ibu pemilik warung. Sebelum masuk ke bus, saya berterima kasih ke ibu itu atas arahannya.

Setelah naik ke bus, alhamdullilah masih banyak tempat duduk kosong, dan bus langsung melaju ke kota Garut. Tarif bus ini sama dengan waktu saya berangkat yaitu 65 ribu rupiah. Tiba di Kota Garut sekitar pukul 18.30, bus ini berhenti sejenak selama 1 jam untuk menarik penumpang. Dan benar saja apa yang dikatakan ibu tadi, kalau di Garut akan susah mendapat tempat duduk karena banyak penumpang yang naik dari sini. Bahkan banyak banget penumpang yang harus berdiri. Setelah berhenti sejenak di Terminal Garut, bus langsung melaju ke arah Bandung, Padalarang, Cianjur, Puncak, Bogor dan Tol Jagorawi. Karena perjalanan pulang melewati puncak, maka jarak tempuh menuju Jakarta menjadi lebih lama. Dan akhirnya saya tiba di Kampung Rambutan pukul 02.00. Tapi karena pemberhentian terakhir bus ini di Tanah Abang, maka saya minta di turunkan di UKI Cawang. Setelah sampai di Cawang, saya turun dari Bus, dan memesan gojek untuk pulang ke rumah. Dan akhirnya saya tiba  di rumah tepat pukul 03.00 pagi.

Alhamdulilah solo travelling saya kali ini berjalan lancar tanpa kendala. Tentunya saya bersyukur banget sama Allah SWT yang melindungi saya selama perjalanan. Pengalaman kali ini tentunya gak akan saya lupakan dan akan terabadikan lewat foto dan memori.  Nah buat kalian yang ingin backpackeran ke Kampung Naga, berikut saya akan share tips-tipsnya.

a.   Jika kalian ingin ke Kampung Naga tanpa kendaraan pribadi, transportasi yang paling efektif adalah menggunakan Bus. Kalian bisa menaiki bus Kharunia Bhakti Salayu Prima. Kalian bisa menaikinya di Terminal Kampung Rambutan atau Terminal Kali Deres dengan tarif 50 ribu hingga 65 ribu rupiah. Biasanya bus ini berangkat pukul 6.00 pagi.

b.   Pada saat berangkat, cegatlah bus di dekat Jembatan Pasar Rebo, supaya gak perlu nunggu ngetem, dan dari situ bus akan langsung masuk ke Tol Simatupang.

c.    Mintalah ke abang kondektur untuk di turukan ke Gerbang Kampung Naga, karena bus ini melajunya lumayan cepat dan bisa kelewatan kalau kondekturnya tidak diingatkan.

d.     Jika sudah sampai di Kampung Naga, alangkah baiknya jika kita menyewa guide supaya lebih tahu tentang seluk beluk Kampung Naga. Apalagi jika kalian datang saat hari libur, para guide akan sangat giat menawarkan jasa guide.

e.   Kalau ingin pulang ke Jakarta, kalian bisa mencegat bus Karunia Bhakti di seberang Gerbang Kamoung Naga. Berdasarkan warga sekitar, bus ini masih lewat hingga jam 8 malam.

f.   Kalau kalian ingin dapat tempat duduk saat perjalanan pulang, jangan naik bus dari terminal Garut karena yang naik  dari terminal akan sangat banyak dan bisa gak kebagian tempat duduk. Naik saja dari depan Gerbang Kampung Naga, atau kalau kalian mau kalian bisa naik mini bus ke Singaparna dulu dan naik Bus dari sana.

Dan Dibawah ini adalah rute perjalanan berangkat dan perjalanan pulang saya

Sekian dari cerita solo traveling saya, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kalian yang ingin travel backpackeran ke Kampung Naga. Terima Kasih.

No comments:

Post a Comment